Senin, 22 Mei 2017

Wisata Kebun Gowa

SUSTAINABLE AND UNSUSTAINABLE PRACTICES PADA DAYA TARIK WISATA WISATA KEBUN KABUPATEN GOWA
Oleh :
I Putu Yoga Setiawan
Athirah Amalia
Titin Hartina Ansyari

Sustainable Tourism adalah pariwisata yang saat ini berkembang dengan sangat pesat, termasuk peningkatan kapasitas akomodasi, populasi lokal dan lingkungan. Dimana perkembangan pariwisata dan investasi – investasi baru dalam sektor pariwisata seharusnya tidak membawa dampak buruk dan dapat menyatu dengan lingkungan, sehingga tidak ada yang dirugikan. Jika kita memaksimalkan dampak yang positif dan meminimalkan dampak yang negative, maka beberapa inisiatif diambil oleh stakeholder  untuk mengatur pertumbuhan pariwisata agar menjadi lebih baik dan menempatkan masalah akan sustainable tourism sebagai prioritas karena usaha atau bisnis yang baik dapat melindungi sumber-sumber atau aset yang penting bagi pariwisata yang tidak hanya baik untuk sekarang tetapi juga dimasa depan. Konsep dari sustainable tourism yaitu suatu kegiatan yang dapat menguntungkan dari segi ekonomi, sosial, dan budaya.
Salah satu daya tarik wisata yang telah dikunjungi oleh kami yang menurut kami telah menerapkan sustainable tourism adalah Wisata Kebun atau biasa juga disebut Wiskeb yang berlokasi di Jl. Poros Malino, Bontomanai, Bontomarannu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.  Pihak pengelola memberi nama daya tarik wisata Wisata Kebun dikarenakan sesuai dengan apa yang terdapat dalam area daya tarik wisata tersebut yaitu terdapatnya beberapa macam tanaman buah seperti rambutan, mangga, nangka, dan belimbing. Selain tanaman buah, terdapat juga beberapa jenis tanaman bunga, serta beberapa tumbuhan yang lainnya. Dengan banyaknya terdapat tanaman-tanaman di Wisata Kebun ini menjadikan daya tarik wisata tersebut menjadi sangat rindang dan sejuk. Di dalam daya tarik wisata ini juga sudah terdapat beberapa fasilitas yang dapat menunjang kenyamanan wisatawan jika berkunjung ke daya tarik wisata ini seperti tempat untuk memancing dimana hasil pancingan dapat dibawa pulang dan dikenakan harga sebesar Rp. 40.000/ kg . Selain itu terdapat juga kolam renang untuk anak-anak dan orang dewasa. Di Wisata Kebun ini juga telah menyediakan penginapan bagi pengunjung yang ingin menginap serta terdapat juga aula yang dapat digunakan wisatawan jika ingin mengadakan acara-acara seperti ulang tahun dan seminar.
Berdasarkan hasil observasi penulis, pada daya tarik wisata Wisata Kebun ini telah terdapat beberapa kegiatan yang menurut penulis masuk kedalam kegiatan sustainable tourism, seperti pihak pengelola telah menyediakan sabun cuci tangan isi ulang (refill). Mengapa dikatakan termasuk dalam kegiatan sustainable tourism karena dengan penggunaan sabun isi ulang ini, dapat mengurangi penggunaan sampah plastik. Selain dari penggunaan sabun isi ulang, kegiatan lain yang termasuk dalam kegiatan sustainable tourism adalah pengunjung yang datang dan membawa makanan dari luar dengan menggunakan wadah atau tempat makanan yang dapat digunakan berkali-kali (rantang). Dengan kegiatan yang dilakukan oleh pengunjung ini dapat mengurangi sampah. Selain dari dua kegiatan tersebut, kegiatan yang juga termasuk sustainable tourism adalah pada penggunaan pupuk untuk tanaman yang ada di Wisata Kebun. Pihak pengelola menggunakan pupuk alami yang tidak menggunakan bahan kimia, yaitu penggunaan pupuk kompos.
Selain kegiatan yang sustainable tourism yang ada pada daya tarik wisata Wisata Kebun, penulis juga menemukan beberapa hal atau kegiatan yang menurut penulis termasuk dalam kegiatan unsustainable tourism, seperti masih di satukannya sampah organik dan anorganik. Kita ketahui bahwa sampah dikategorikan menjadi 2 jenis yaitu sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik yaitu sampah yang mudah terurai dan dalam proses penguraian tidak membutuhkan waktu yang cukup lama, seperti sampah dedaunan. Sedangkan sampah anorganik yaitu sampah yang tidak mudah terurai dan membutuhkan waktu cukup lama untuk terurai, seperti sampah botol plastik, dan lainnya. Setelah melakukan observasi di daya tarik wisata Wisata Kebun, penulis menemukan bahwa sampah organik dan anorganik masih disatukan padahal di sekitar kawasan daya tarik wisata sangat mudah ditemukan tempat sampah. Pengelola seharusnya sadar akan pentingnya dalam pengelolaan sampah, karena masalah besar yang sangat susah dihadapi adalah masalah sampah, dan akan berdampak sangat buruk apabila tidak dikelola dengan baik. Dengan hal kecil seperti memisahkan sampah organik dan anorganik sudah sangat membantu dalam mengatasi permasalahan sampah di Indonesia. Dan alangkah baiknya juga apabila pengelola dapat mengelola sendiri sampah yang di produksinya dengan mendaur ulang seperti menciptakan produk dari sampah. Hal tersebut jauh lebih bermanfaat dibandingkan tidak mampunya pengeloala daya tarik wisata dalam mengelola sampah dengan baik dan tentunya juga dapat memberikan keuntungan bagi pihak pengelola dari daya tarik wisata tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut pihak pengelola sebaiknya harus menyediakan tempat sampah dengan label organik dan anorganik sehingga pengunjung tahu harus dimana membuang sampah mereka. Dan sebaiknya membuat peringatan-peringatan berupa kata-kata akan bahayanya membuang sampah sembarangan dan kata-kata tentang pentingnya memisahkan antara sampah organik dan anorganik. Jadi wisatawan nantinya akan tahu tentang bahaya membuang sampah dan akan selalu menjaga lingkungan disekitar daya tarik wisata yang akan mereka kunjungi.
Kegiatan unsustainable selanjutnya yang terdapat pada daya tarik wisata Wisata Kebun yaitu wisatawan yang membawa botol atau air gelas plastik kemasan dalam jumlah banyak.  Hal ini tentunya sangat mempunyai dampak negatif dalam lingkungan, karena botol atau gelas air minum yang bersifat di pakai satu kali saja akan menimbulkan sampah dalam jumlah yang sangat besar nantinya, dan butuh berpuluh-puluh tahun untuk terurainya sampah-sampah plastik dari botol kemasan tersebut. Kemudian selain itu juga sampah dari botol-botol atau gelas air kemasan tersebut berserakan di sekitar daya tarik wisata dan sangat  mengganggu pemandangan. Dengan begitu hal ini juga bisa menjadi penyebab kurangnya minat wisatawan untuk berkunjung kembali ke daya tarik wisata. Dan untuk mengatasi hal tersebut agar menjadi suatu kegiatan yang sustainable pihak pengelola harus melarang wisatawan membawa botol ataupun air gelas kemasan dan memberitahukan kepada pengunjung jika ingin membawa minuman dari luar harus menggunakan wadah atau botol yang dapat digunakan berkali – kali dan ada baiknya jika pihak pengelola menyediakan air minum galon bersama dengan gelas minumnya.
Selain itu, limbah air kolam renang yang dibuang kesungai juga menjadi kegiatan yang menurut penulis adalah kegiatan unsustainable, kegiatan ini dapat menimbulkan masalah yang sangat besar karena dampak yang ditimbulkan sangat banyak. Air kolam renang yang ada di daya tarik wisata ini mengandung kaporit dalam jumlah banyak dan kaporit merupakan zat kimia yang berfungsi untuk menjernihkan air dan membunuh bakteri-bakteri pathogen yang tersebar di kolam renang. Dampak yang ditimbulkan dari kaporit adalah iritasi pada mata, dan infeksi pada jaringan kulit. Dengan itu, pihak  pengelola seharusnya sadar akan bahaya kaporit, jadi seharusnya pengelola tidak membuang limbah air kolam renang kesungai yang pastinya akan berdampak pada pencemaran air yang ada di lingkungan sekitar daya tarik wisata dan pasti akan menyebarluas di sekitaran Kabupaten Gowa. Dan cara untuk mengatasi hal tersebut ada baiknya jika limbah air kolam renang yang dibuang ke sungai, sebaiknya di tampung dan disaring untuk digunakan menyiram tanaman yang ada di sekitar daya tarik wisata. Sudah dijelaskan bahwa

bahaya kaporit sangat berbahaya dan apabila dibiarkan terus menerus dibuang kesungai akan
membuat masalah yang sangat besar. Jadi, pihak pengelola harus membuat solusi agar limbah air
ini tidak terus menerus dibuang ke sungai. Caranya yang paling tepat yaitu dengan menampung limbah air kolam tersebut lalu di saring dengan alat khusus yang nantinya akan menghilangkan kandungan kaporit pada air. Setelah kandungan kaporit pada air hilang, limbah air tersebut nantinya tentu akan bermanfaat lagi seperti dapat digunakan untuk menyiram tanaman dan bisa juga untuk mengisi kolam ikan yang ada.
Selanjutnya, yang terakhir untuk kegiatan unsustainable penulis temukan pada daya tarik wisata Wisata Kebun yaitu sampah yang dibakar. Informasi kami dapat dari petugas kebersihan yang ada di daya tarik wisata tersebut, beliau berkata bahwa sampah yang ada biasanya di bakar. Dampak yang ditimbulkan dengan dibakarnya sampah terkhusus sampah anorganik seperti sampah plastik yaitu dapat mencemari udara di sekitar daya tarik wisata dan lingkungan diluar daya tarik wisata. Dengan tercemarnya udara dapat membuat kesehatan sesorang terganggu apabila menghirup udaranya. Selain dampaknya tidak baik untuk manusia, dampak dari asap pembakaran sampah ini juga dapat mengakibatkan tumbuhan-tumbuhan yang terkena asapnya akan layu dan mati. Jadi apabila sampah terus menerus dibakar nantinya akan membuat tanaman-tanaman yang ada di Wisata Kebun dapat layu dan akhirnya akan mati. Jadi, untuk mengatasi masalah tersebut yaitu sampah yang ingin dibakar sebaiknya ditampung dan dibuat pupuk kompos atau dibuat menjadi produk bernilai jual. Solusi yang dapat mengatasi masalah ini yaitu sampah terlebih dahulu ditampung dan dipisahkan antara sampah organik dan anorganik. Untuk sampah organik seperti sampah dedaunan sebaiknya dikelola menjadi pupuk kompos. Dan untuk sampah anorganik seperti sampah botol minuman dapat didaur ulang atau dikreasikan menjadi barang-barang yang bernilai jual. Selain pengelola dapat mengatasi permasalahan dari sampah tersebut, pengelola juga dapat keuntungan dari hasil pengelolaan sampah yang tidak dibakar, seperti sampah yang dijadikan pupuk kompos dapat digunakan sebagai pupuk tanaman yang ada disekitar daya tarik wisata agar pertumbuhan tanamannya menjadi sehat. Dan juga pengelola dapat keuntungan dari menjual hasil kreasi sampah anorganik menjadi produk baru lagi.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar