SUSTAINABLE AND
UNSUSTAINABLE PRACTICES PADA DAYA TARIK WISATA WISATA KEBUN KABUPATEN GOWA
Oleh :
I Putu Yoga Setiawan
Athirah Amalia
Titin Hartina Ansyari
Sustainable Tourism adalah pariwisata yang saat ini
berkembang dengan sangat pesat, termasuk peningkatan kapasitas akomodasi,
populasi lokal dan lingkungan. Dimana perkembangan pariwisata dan investasi –
investasi baru dalam sektor pariwisata seharusnya tidak membawa dampak buruk
dan dapat menyatu dengan lingkungan, sehingga tidak ada yang dirugikan. Jika
kita memaksimalkan dampak yang positif dan meminimalkan dampak yang negative,
maka beberapa inisiatif diambil oleh stakeholder untuk mengatur pertumbuhan pariwisata agar
menjadi lebih baik dan menempatkan masalah akan sustainable tourism sebagai
prioritas karena usaha atau bisnis yang baik dapat melindungi sumber-sumber
atau aset yang penting bagi pariwisata yang tidak hanya baik untuk sekarang
tetapi juga dimasa depan. Konsep dari sustainable tourism yaitu suatu kegiatan
yang dapat menguntungkan dari segi ekonomi, sosial, dan budaya.
Salah satu daya tarik wisata yang telah
dikunjungi oleh kami yang menurut kami telah menerapkan sustainable tourism
adalah Wisata Kebun atau biasa juga disebut Wiskeb yang berlokasi di Jl. Poros Malino, Bontomanai, Bontomarannu,
Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Pihak pengelola
memberi nama daya tarik wisata Wisata Kebun dikarenakan sesuai dengan apa yang
terdapat dalam area daya tarik wisata tersebut yaitu terdapatnya beberapa macam
tanaman buah seperti rambutan, mangga, nangka, dan belimbing. Selain tanaman
buah, terdapat juga beberapa jenis tanaman bunga, serta beberapa tumbuhan yang
lainnya. Dengan banyaknya terdapat tanaman-tanaman di Wisata Kebun ini
menjadikan daya tarik wisata tersebut menjadi sangat rindang dan sejuk. Di
dalam daya tarik wisata ini juga sudah terdapat beberapa fasilitas yang dapat
menunjang kenyamanan wisatawan jika berkunjung ke daya tarik wisata ini seperti
tempat untuk memancing dimana hasil pancingan dapat dibawa pulang dan dikenakan
harga sebesar Rp. 40.000/ kg . Selain itu terdapat juga kolam renang untuk
anak-anak dan orang dewasa. Di Wisata Kebun ini juga telah menyediakan
penginapan bagi pengunjung yang ingin menginap serta terdapat juga aula yang
dapat digunakan wisatawan jika ingin mengadakan acara-acara seperti ulang tahun
dan seminar.
Berdasarkan hasil observasi penulis, pada daya
tarik wisata Wisata Kebun ini telah terdapat beberapa kegiatan yang menurut
penulis masuk kedalam kegiatan sustainable tourism, seperti pihak pengelola
telah menyediakan sabun cuci tangan isi ulang (refill). Mengapa dikatakan
termasuk dalam kegiatan sustainable tourism karena dengan penggunaan sabun isi
ulang ini, dapat mengurangi penggunaan sampah plastik. Selain dari penggunaan
sabun isi ulang, kegiatan lain yang termasuk dalam kegiatan sustainable tourism
adalah pengunjung yang datang dan membawa makanan dari luar dengan menggunakan
wadah atau tempat makanan yang dapat digunakan berkali-kali (rantang). Dengan
kegiatan yang dilakukan oleh pengunjung ini dapat mengurangi sampah. Selain
dari dua kegiatan tersebut, kegiatan yang juga termasuk sustainable tourism
adalah pada penggunaan pupuk untuk tanaman yang ada di Wisata Kebun. Pihak
pengelola menggunakan pupuk alami yang tidak menggunakan bahan kimia, yaitu
penggunaan pupuk kompos.
Selain kegiatan yang sustainable tourism yang
ada pada daya tarik wisata Wisata Kebun, penulis juga menemukan beberapa hal
atau kegiatan yang menurut penulis termasuk dalam kegiatan unsustainable
tourism, seperti masih di satukannya
sampah organik dan anorganik. Kita
ketahui bahwa sampah dikategorikan
menjadi 2 jenis yaitu sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik yaitu
sampah yang mudah terurai dan dalam proses penguraian tidak membutuhkan waktu
yang cukup lama, seperti sampah dedaunan. Sedangkan sampah anorganik yaitu
sampah yang tidak mudah terurai dan membutuhkan waktu cukup lama untuk terurai,
seperti sampah botol plastik, dan lainnya. Setelah melakukan observasi di daya
tarik wisata Wisata Kebun, penulis menemukan bahwa sampah organik dan anorganik
masih disatukan padahal di sekitar kawasan daya tarik wisata sangat mudah
ditemukan tempat sampah. Pengelola seharusnya sadar akan pentingnya dalam
pengelolaan sampah, karena masalah besar yang sangat susah dihadapi adalah
masalah sampah, dan akan berdampak sangat buruk apabila tidak dikelola dengan
baik. Dengan hal kecil seperti memisahkan sampah organik dan anorganik sudah
sangat membantu dalam mengatasi permasalahan sampah di Indonesia. Dan alangkah
baiknya juga apabila pengelola dapat mengelola sendiri sampah yang di
produksinya dengan mendaur ulang seperti menciptakan produk dari sampah. Hal
tersebut jauh lebih bermanfaat dibandingkan tidak mampunya pengeloala daya
tarik wisata dalam mengelola sampah dengan baik dan tentunya juga dapat
memberikan keuntungan bagi pihak pengelola dari daya tarik wisata tersebut.
Untuk mengatasi hal tersebut pihak pengelola sebaiknya harus menyediakan tempat
sampah dengan label organik dan anorganik sehingga pengunjung tahu harus dimana
membuang sampah mereka. Dan sebaiknya membuat peringatan-peringatan berupa
kata-kata akan bahayanya membuang sampah sembarangan dan kata-kata tentang
pentingnya memisahkan antara sampah organik dan anorganik. Jadi wisatawan
nantinya akan tahu tentang bahaya membuang sampah dan akan selalu menjaga
lingkungan disekitar daya tarik wisata yang akan mereka kunjungi.
Kegiatan unsustainable selanjutnya yang terdapat
pada daya tarik wisata Wisata Kebun yaitu wisatawan yang membawa botol atau air
gelas plastik kemasan dalam jumlah banyak.
Hal ini tentunya sangat mempunyai dampak negatif dalam lingkungan,
karena botol atau gelas air minum yang bersifat di pakai satu kali saja akan
menimbulkan sampah dalam jumlah yang sangat besar nantinya, dan butuh berpuluh-puluh
tahun untuk terurainya sampah-sampah plastik dari botol kemasan tersebut.
Kemudian selain itu juga sampah dari botol-botol atau gelas air kemasan
tersebut berserakan di sekitar daya tarik wisata dan sangat mengganggu pemandangan. Dengan begitu hal ini
juga bisa menjadi penyebab kurangnya minat wisatawan untuk berkunjung kembali
ke daya tarik wisata. Dan untuk mengatasi hal tersebut agar menjadi suatu
kegiatan yang sustainable pihak pengelola harus melarang wisatawan membawa
botol ataupun air gelas kemasan dan memberitahukan kepada pengunjung jika ingin
membawa minuman dari luar harus menggunakan wadah atau botol yang dapat
digunakan berkali – kali dan ada baiknya jika pihak pengelola menyediakan air
minum galon bersama dengan gelas minumnya.
Selain itu, limbah air kolam renang yang dibuang
kesungai juga menjadi kegiatan yang menurut penulis adalah kegiatan
unsustainable, kegiatan ini dapat menimbulkan masalah yang sangat besar karena
dampak yang ditimbulkan sangat banyak. Air kolam renang yang ada di daya tarik
wisata ini mengandung kaporit dalam jumlah banyak dan kaporit merupakan zat
kimia yang berfungsi untuk menjernihkan air dan membunuh bakteri-bakteri
pathogen yang tersebar di kolam renang. Dampak yang ditimbulkan dari kaporit
adalah iritasi pada mata, dan infeksi pada jaringan kulit. Dengan itu,
pihak pengelola seharusnya sadar akan
bahaya kaporit, jadi seharusnya pengelola tidak membuang limbah air kolam
renang kesungai yang pastinya akan berdampak pada pencemaran air yang ada di
lingkungan sekitar daya tarik wisata dan pasti akan menyebarluas di sekitaran
Kabupaten Gowa. Dan cara untuk mengatasi hal tersebut ada baiknya jika limbah
air kolam renang yang dibuang ke sungai, sebaiknya di tampung dan disaring
untuk digunakan menyiram tanaman yang ada di sekitar daya tarik wisata. Sudah
dijelaskan bahwa
bahaya kaporit sangat berbahaya dan apabila dibiarkan terus menerus dibuang kesungai akan
membuat masalah
yang sangat besar. Jadi, pihak pengelola harus membuat solusi agar limbah air
ini tidak terus
menerus dibuang ke sungai. Caranya yang paling tepat yaitu dengan menampung
limbah air kolam tersebut lalu di saring dengan alat khusus yang nantinya akan
menghilangkan kandungan kaporit pada air. Setelah kandungan kaporit pada air
hilang, limbah air tersebut nantinya tentu akan bermanfaat lagi seperti dapat
digunakan untuk menyiram tanaman dan bisa juga untuk mengisi kolam ikan yang
ada.
Selanjutnya, yang terakhir
untuk kegiatan unsustainable penulis temukan pada daya tarik wisata Wisata
Kebun yaitu sampah yang dibakar. Informasi kami dapat dari petugas kebersihan
yang ada di daya tarik wisata tersebut, beliau berkata bahwa sampah yang ada
biasanya di bakar. Dampak yang ditimbulkan dengan dibakarnya sampah terkhusus
sampah anorganik seperti sampah plastik yaitu dapat mencemari udara di sekitar
daya tarik wisata dan lingkungan diluar daya tarik wisata. Dengan tercemarnya
udara dapat membuat kesehatan sesorang terganggu apabila menghirup udaranya.
Selain dampaknya tidak baik untuk manusia, dampak dari asap pembakaran sampah
ini juga dapat mengakibatkan tumbuhan-tumbuhan yang terkena asapnya akan layu
dan mati. Jadi apabila sampah terus menerus dibakar nantinya akan membuat
tanaman-tanaman yang ada di Wisata Kebun dapat layu dan akhirnya akan mati. Jadi,
untuk mengatasi masalah tersebut yaitu sampah
yang ingin dibakar sebaiknya ditampung dan dibuat pupuk kompos atau dibuat
menjadi produk bernilai jual. Solusi yang dapat mengatasi masalah ini yaitu
sampah terlebih dahulu ditampung dan dipisahkan antara sampah organik dan
anorganik. Untuk sampah organik seperti sampah dedaunan sebaiknya dikelola
menjadi pupuk kompos. Dan untuk sampah anorganik seperti sampah botol minuman
dapat didaur ulang atau dikreasikan menjadi barang-barang yang bernilai jual.
Selain pengelola dapat mengatasi permasalahan dari sampah tersebut, pengelola
juga dapat keuntungan dari hasil pengelolaan sampah yang tidak dibakar, seperti
sampah yang dijadikan pupuk kompos dapat digunakan sebagai pupuk tanaman yang
ada disekitar daya tarik wisata agar pertumbuhan tanamannya menjadi sehat. Dan
juga pengelola dapat keuntungan dari menjual hasil kreasi sampah anorganik
menjadi produk baru lagi.